Rabu, 13 Juli 2022

Pentingnya Memahami Paradigma Pembelajaran Baru

Pentingnya Memahami Paradigma Pembelajaran Baru

Pentingnya Memahami Paradigma Pembelajaran Baru
Bertemu dengan beberapa guru, setidaknya ada beberapa kategori terkait dengan implementasi kurikulum merdeka (IKM) ini, yakni ada yang keyakinannya < 50 persen, ada yang 50 - 75 persen, dan ada yang > 75 persen. Tentunya masing-masing dengan alasan tersendiri, salah satunya karena belum memahami alur dari IKM ini. Sebuah alasan yang cukup masuk akal. "Nanti sambil berproses keyakinan itu akan terus meningkat", kata seorang guru di salah satu sekolah di Purbalingga.

Meyakinkan diri sendiri bahwa IKM dapat terlaksana dengan baik, menjadi bekal awal sebelum mempelajari materi lain yang lebih teknis seperti kurikulum operasional satuan pendidikan (KOSP), pembelajaran dan asesmen, maupun projek penguatan profil pelajar Pancasila. Dalam proses tersebut, dibutuhkan pemahaman yang lebih baik mengenai paradigma pembelajaran baru.

Dalam pembelajaran baru ini, pendidik dapat lebih leluasa merancang pembelajaran dan asesmen sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan peserta didik. Pemetaan standar kompetensi, merdeka belajar, serta asesmen kompetensi minimal menjadi 3 hal yang seharusnya berjalan selaras dan saling mempengaruhi.

Pernah memang saya mendapatkan pertanyaan, apakah dengan penerapan kurikulum merdeka ini maka  AKM tetap ada? Waktu itu, saya menjawab mari kita kembali menelaah kebijakan merdeka belajar yang isinya adalah Ujian Sekolah Berstandar Nasional diganti ujian (asesmen) sekolah, ujian nasional (UN) menjadi Asesmen Kompetensi Minimum dan Survei Karakter, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang disederhanakan, serta penerimaan peserta didik baru (PPDB) secara zonasi. Sedangkan kalau mendengar adanya guru penggerak maupun sekolah penggerak ini sebagai jalan agar kebijakan merdeka belajar tersebut berjalan dengan baik. Artinya keempat kebijakan tersebut sebagai landasan bukan hilang dengan adanya IKM yang sedang menjadi fenomena.

Dalam paradigma pembelajaran baru ini, profil pelajar Pancasila menjadi penuntun arah atau tujuan dari penyelenggaraan pendidikan yang akan dicapai melalui kegiatan intrakurikuler, projek penguatan profil pelajar Pancasila, ekstrakurikuler serta budaya sekolah. Hal ini selaras dengan visi pendidikan Indonesia, yakni mewujudkan  Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian melalui terciptanya pelajar Pancasila.

Pemahaman paradigma pembelajaran baru ini menjadi sangat penting, bagi para pendidik sehingga tidak menjadi bingung atau ragu bagaimana nanti melaksanakan proses belajar dan mengajar. Termasuk di dalamnya bagaimana menyusun KOSP, bagian mana yang bisa diubah oleh satuan pendidikan, bagaimana melaksanakan pembelajaran dan penilaian yang selaras dengan kaidah merdeka belajar serta tentunya dalam melaksanakan projek penguatan profil pelajar Pancasila.

Terkait dengan KOSP, setiap satuan pendidikan diberi keleluasan dalam melakukan analisis karakteristik satuan pendikan maupun dalam menyusun visi, misi, dan tujuan satuan pendidikan. Demikian juga sekolah atau satuan pendidikan diberi kewenangan dalam melakukan pengorganisasian pembelajaran serta perencanaan pembelajaran. Dalam pengorganisasian pembelajaran misalnya bukan saja dengan melakukan pendekatan mata pelajaran tetapi juga sistem blok, tematik, maupun integrasi. Pilihan-pilihan ini menjadi peluang bagi tiap-tiap sekolah/satuan pendidikan untuk memilihnya berdasarkan analisis kebutuhan masing-masing.

Terkait dengan pembelajaran dan asesmen, pendidik harus memahami bahwa keduanya tidak boleh terpisahkan tetapi dalam sebuah siklus yang sama. Sebelum memulai pembelajaran, pendidik tentunya sudah menyiapkan rencana pembelajaran yang selain memuat skenario pembelajaran juga termasuk merencanakan tes formatif dan sumatifnya. Kemudian, saat awal masuk kelas, pendidik melakukan tes formatif awal yang boleh jadi hasilnya tidak sesuai dengan kondisi yang diharapkan muncul di perencanaan awal. Untuk itu perencanaan pembelajaran akhirnya harus dimodifikasi/disesuaikan. 

Selanjutnya, proses belajar mengajar dilakukan, dan pendidik tidak lupa untuk melakukan penilaian proses (formatif) maupun melakukan penilaian akhir (sumatif). Dan hasil penilaian sumatif tersebut bisa menjadi modal awal bagi pembelajaran berikutnya. Begitu seterusnya membentuk siklus yang terus berulang serta selalu ada integrasi antara pembelajaran dan penilaian. Penilaian bukan hanya melulu pada sumatif tetap benar-benar memperhatikan prosesnya. Sehingga, jika penilaian hanya berwujud angka dari sumatif tidaklah cukup menggambarkan kompetensi siswa, tetapi perlu diperkuat dengan deskripsi dari proses pembelajaran yang dilakukan.

Menjadi pertanyaan, apakah pembelajaran dengan paradigma baru ini menjadi ribet atau merepotkan baik guru dan siswa?
Tentunya tidak, bagi yang yakin bahwa paradigma ini merupakan bentuk penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya. Namanya penyempurnaan, pastinya akan lebih fokus, terarah, dan lebih sederhana. Misalnya saat kurtilas penilaian sikap, pengetahuan, dan ketrampilan dilakukan terpisah, sesuai dengan paradigma baru yaitu kurikulum merdeka, ketiga penilaian tersebut menjadi satu dan dapat dilaksanakan secara alamiah. Dan perlu diingat juga, bahwa sejak KBK, kurtilas dan sekarang ini sebenarnya sudah diarahkan untuk mengejar kompetensi. Sehingga belajar dari pembelajaran di era pandemi, penyederhanaan konten menjadi fokus utama. "Kompetensi bukan konten yang akan kita kejar".

Dalam mengimplementasikan paradigma pembelajaran baru atau IKM ini, selain memperhatikan karakteristik tiap-tiap peserta didik  juga menyesuaikan kemampuan guru maupun satuan pendidikan. Bertahap, yang penting selalu melakukan refleksi dan berkomitmen untuk terus belajar serta memberikan layanan yang optimal kepada peserta didik.

Sehingga seperti yang dikatakan oleh Ki Hajar Dewantara, pendidikan yang menghamba pada menghamba pada murid. Pendidikan yang memerdekakan, pendidikan yang mengoptimalkan peserta didik sesuai potensinya masing-masing bukan sesuai dengan keinginan guru atau orang tuanya.

Selamat belajar dan yakinkan bahwa kurikulum merdeka sebagai sesuatu yang alamiah, bisa dipelajari serta dapat diimplementasikan.

2 komentar:

  1. Mantab Pak.. Mgkn ada niat buat sarasehan ttg bekal yg hrs dipersiapkan dan peran cgp dlm ikm di grup pak?? 🙏😁

    BalasHapus
    Balasan
    1. masih mengkaji materi di platform merdeka mengajar

      Hapus

Daftar Blog Saya

Comments

Postingan Acak

Pengikut

Back To Top