Pemikiran KH. Hasyim Asy’ari Mengenai Pendidikan
Pemikiran KH. Hasyim Asy’ari mengenai pendidikan sudah banyak dikupas dalam berbagai buku, jurnal, maupun sumber lain.
BUKU
1. (Terjemah)Pendidikan Akhlak untuk Pengajar dan Pelajar. Terjemah : Adabul ‘Alim wal Muta’allim Karya Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari. Penerjemah : Tim Dosen Ma’had Aly Hasyim Asy’ari. Jawa Timur : Pustaka Tebuireng, Cetakan 5, Januari 2020.
Di dalam buku ini dibahas mengenai :
Bab I : Keutamaan Ilmu dan Ulama serta Keistimewaan Belajar dan Mengajar
- “.. niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS. Al-Mujadilah [58]:11)
- "Derajat ulama di atas derajat orang beriman selisih tujuh ratus derajat. Dari satu derajat ke derajat yang lain jaraknya lima ratus tahun.” (Ibnu Abbas ra)
- “Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang hendak disembah), yang menegakkan keadilan, para malaikat dan orang yang berilmu (juga menyatakan begitu).” (QS. Ali Imran [3] :18)
- “Barang siapa yang menempuh jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan tuntun dia ke jalan menuju surga.” (hadits)
- “Mencari ilmu sangat wajib hukumnya bagi setiap muslim laki-laki dan muslim perempuan. Pencari ilmu akan dimintakan ampun atas dosa-dosanya oleh semua makhluk hidup termasuk ikan-ikan di lautan.” (hadist)
- “Siapa yang pada waktu pagi berangkat menuntut ilmu, malaikat akan bershalawat untuknya dan diberkahi mata pencahariannya.” (Hadits)
Bab II : Akhlak Pribadi seorang Murid
Ada 10 macam akhlak,
- Seorang murid hendaknya membersihkan hati dari segala hal yang dapat mengotorinya
- Hendaknya memiliki niat baik dalam mencari ilmu
- Hendaknya segera mempergunakan masa muda dan umurnya untuk memperoleh ilmu
- Menerima sandang-pangan apa adanya
- Pandai membagi waktu dan memanfaatkan sisa umur yang paling berharga itu.
- Makan dan minum sedikit
- Bersikap wara’ (menjauhi perkara yang subhat alias “tidak jelas” halal-haramnya) dan berhati-hati dalam segala hal.
- Meminimalisir penggunaan makanan yang menjadi bebalnya otak dan lemahnya panca indera (buah apel yang asam, buncis, dan cuka), memperbanyak dahak yang memperlambat kinerja otak dan memperberat tubuh (susu dan ikan berlebihan), serta menjauhi hal yang menyebabkan lupa (memakan makanan sisa tikus, membaca tulisan di nisan, masuk di antara dua unta beriringan, dan membuang kutu hidup-hidup).
- Meminimalisir tidur selama tidak berefek bahaya pada kondisi tubuh dan kecerdasan otak.
- Meninggalkan pergaulan.
Bab III : Akhlak Murid kepada Guru
Ada 12 akhlak, yaitu :
- Hendaknya mempertimbangkan terlebih dahulu seraya meminta petunjuk (istikharah) kepada Allah SWT perihal guru yang akan ditimba ilmunya dan akan diteladani budi pekerti dan tata kramanya.
- Bersungguh-sungguh mencari guru ytanag memiliki keahlian dalam ilmu syariat
- Patuh pada guru dalam berbagai hal dan tidak menentang pendapat dan aturannya
- Memandang guru dengan hormat, takzim, dan percaya pada dirinya ada kesempurnaan
- Tahu hak-hak guru dan tidak lupa memuliakannya.
- Bersabar atas kekasaran (ketidakramahan) dan keburukan perilaku yang muncul dari guru.
- Tidak menemui guru –di selain majelis ta’lim yang sudah lumrah tanpa meminta izin terlebih dahulu
- Jika duduk di hadapan guru, sebagikanya ia duduk dengan etika yang baik, seperti duduk bersimpuh, duduk tasyahud, duduk bersila dengan tawadlu’, rendah diri, tenang, dan khusyu’
- Sebisanya berkata bauk kepada guru.
- Jika murid mendengar guru menyebutkan hukum suatu kasus atau keterangan yang berfaedah, atau menceritakan suatu cerita, atau menembangkan sebuah syiir namun murid telah menghapalkannya, maka murid tetap harus mendengarkan dengan seksama, mengambil manfaat, merasa haus (akan ilmu) dengan gembira seolah-olah dia belum pernah mendengar.
- Tidak mendahului atau bersamaan dengan guru dalam menjelaskan suatu permasalahan atau dalam menjawab pertanyaan.
- Bila guru memberikan sesuatu, murid harus menerimanya dengan tangan kanan.
Ada 13 akhlak :
- Murid hendaknya belajar hal-hal yang hukumnya fardhu ‘ain terlebih dahulu (pengetahuan tentang zat Allah dan sifat Allah, pengetahuan tentang hukum Islam (fikih), pengetahuan tentang macam-macam keadaan dan tingkatan serta bermacam-macam tipu daya dan rekayasa nafsu)
- Selanjutnya, murid hendaknya mempelajari Al-Qur’an guna memperkuat ilmu-ilmu fardlu ‘ain yang telah dia pelajari.
- Pada awal pembelajaran diupayakan murid tidak terlalu sibuk mempelajari perbedaan di kalangan ulama dan lainnya terkait dengan masalah yang berdasar nalar dan wahyu.
- Murid hendaknya mengoreksi materi bacaan sebelum menghafalkannya kepada guru atau orang lain yang mumpuni.
- Bersegera mendengar dan mempelajari ilmu terutama hadits dan tidak mengabaikan ilmu-ilmu yang terkait dengannya.
- Ketika murid mendapat penjelasan dari kitab yang ringkas dan membuat catatan penting, hendaknya pindah ke kitab yang lebih luas.
- Selalu menghadiri halaqoh pengajaran dan pengajian guru, sebisa mungkin.
- Ketika murid, mendatangi majelis pengajian guru, hendaknya mengucapkan salam dengan suara keras yang bisa didengar jelas oleh semua hadirin.
- Tidak malu menanyakan sesuatu yang dianggap rumit dan tidak malu minta penjelasan terhadap hal yang tidak dimengerti.
- Menunggu giliran dalam belajar
- Hendaknya murid duduk di hadapan guru menurut akhlak yang telah ditelah dijelaskan sebelumnya.
- Hendaknya fokus pada satu kitab agar tidak membiarkan sia-sia, fokus pada satu hal sebelum pindah ke kitab lain.
- Hendaknya memotivasi teman-temannya untuk berusaha mendapatkan ilmu dan menunjukkan tempat-tempatnya, menyingkirkan dari mereka segala keinginan yang melalaikan, membantu memudahkan mereka dalam urusan biaya hidup dan sebagainya.
Bab V : Akhlak Pribadi seorang Guru
Bab VI : Akhlak Guru dalam Mengajar
Bab VII : Akhlak Guru kepada Murid-Muridnya
Bab VIII : Akhlak kepada Buku sebagai Sarana Ilmu dan Hal-Hal yang Berhubungan dengan Kepemilikan, Penyusunan, dan Penulisan Buku
2. (Buku) Berguru Ke Sang Kyai : Pemikiran Pendidikan KH. M. Hasyim Asy’ari yang ditulis oleh Mukani (Yogyakarta : Kalimedia, Cetakan Pertama, 2016)
Pada buku ini dibahas mengenai : 1) Pengantar; 2) Mengenak KH. M. Hasyim Asy’ari; 3) Pemikiran KH. M. Hasyim Asy’ari, 4) Problematika Pendidikan Indonesia, dan 5) Catatan Akhir.
Pada pembahasan mengenai Pemikiran KH. M. Hasyim Asy’ari diawali dengan konsep manusia dan ilmu pengetahuan. Kiai Hasyim membagi ilmu pengetahuan dalam pendidikan menjadi tiga kategori. Pertama, ilmu yang berkaitan dengan dengan fungsi utama manusia di alam semesta, yaitu sebagai ‘abdullah. Ilmu ini meliputi ‘ilm al-dzat al-aliyah, ‘ilm al-shifat, ‘ilm al-fiqih, dan ‘ilm al-tashawuf. Kedua, ilmu yang berhubungan dengan Al-Qura’an yaitu ilmu tafsir. Ketiga, ‘ilm al-hadits. Selanjutnya dibahas mengenai orientasi pendidikan, materi pelajaran, kriteria pencari ilmu (thalib), kualifikasi guru, konsep interaksi guru dan murid, serta lingkungan pendidikan.
3. (Kumpulan tulisan) Buah Pemikiran Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asyari dalam Bidang Pendidikan. Disusun oleh Tim Pusat Kajian Pemikiran Hasyim Asy;ari Tebuireng. Jawa Timur : Pustaka Tebuireng, 2018.
Buku ini terdiri dari 7 judul yaitu :
- Kiprah KH. H. Hasyim Asy’ari dalam Kajian Para Peneliti (Mukani)
- Pemikiran Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari dalam Bidang Pendidikan (Rofianul Hosna)
- Pembaharuan Pendidikan Islam Pesantren “Makna Ketokohan K.H. Hasyim Asy’ari dalam Bingkai Pendidikan-Keindonesiaan” (Mahmud Arif)
- Seni Mendidik dalam Perspektif Pemikiran KH. Hasyim Asy’ari : Kajian Adab/Etika Belajar (Aziz Jafar)
- Balancing of Education : Potret Pemikiran Perspektif KH. M. Hasyim Asy’ari (Mukani)
- Telaah Nilai-Nilai Konsep Pemikiran KH. Hasyim Asy’ari dalam Pendidikan Islam (Muhammad Khoirul Umam)
JURNAL
1.Mukhlis Lbs, Konsep Pendidikan Menurut Pemikiran KH. Hasyim Asy’ari,( Jurnal As-Salam, Vol. 4 No 1 Januari-Juni 2020).
Berdasarkan pendekatan kepustakaan, ditemukan 3 hal. Pertama, dilihat dari aspek hubungan ilmu dan agama yang tidak bisa dipisahkan. Kedua, pendidikan harus memuat nilai-nilai moral melalui nilai-nilai estetis yang bernafaskan sufistik. Ketiga, menerapkan prinsip-prinsip ahl as-Sunnah wa al-Jamaah (tawazun, tawassuth, ta‘adul dan tasamuh) dalam pelaksanaan pendidikan.
2.Sholikah, Pendidikan Karakter Menurut K.H. Hasyim Asy’ari dalam Kitab Adab al-‘Âlim wa al-Muta’allim, (Marâji‘: Jurnal Studi Keislaman Volume 2, Nomor 1, september 2015: ISSN 2406-7636: 117-143).
The article deals with K.H. Hasyim Asy’ari’s thought of character education. The result of the study indicates that according to K.H. Hasyim Asy’ari the characters of teachers and students in his work Adab al-‘Âlim wa al-Muta’allim can be classified into three parts, are mentality or character, which should be possessed by teachers and learners: attempts to be done in order to become characterized teachers and learners, and: teaching strategies employed by educators and learning strategies used by learners.
3. Nik Haryanti, Implementasi Pemikiran KH. Hasyim Asy’ari tentang Etika Pendidik, (Jurnal Epistemé, Vol. 8, No. 2, Desember 2013)
Etika merupakan salah satu aspek penting dalam dunia pendidikan Islam. Keberadaannya selalu dibutuhkan karena mempunyai peranan penting dalam upaya pencapaian tujuan pendidikan Islam. Pemikiran KH. Hasyim As’ari tentang etika pendidik dimulai dari dirinya sendiri agar berperilaku baik. Kemudian, diajarkan pada peserta didik saat pembelajaran berlangsung. Menurutnya, tujuan pendidikan pada setiap manusia adalah untuk menjadi insan purna agar semakin dekat dengan Sang Pencipta dan mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat. Dalam kitab Adab al-Alim wa al-Muta’alim, Hasyim Asy’ari menyebutkan nilai etis moral harus menjadi desain besar orang hidup di dunia. Sehingga seorang pencari ilmu mengejawantahkan ilmunya dalam kehidupan keseharian dengan perilaku hidup tawakkal, wara’, beramal dengan mengharap ridha Allah semata, bersyukur dan sebagainya.
4. Martono, Pemikiran Pendidikan Islam KH. Hasyim Asy’ari (Perspektif Epistimologi Sosial Keagamaan Dan Konsep Pendidikan Islam Bagi Guru Dan Peserta Didik), (Al-Fikr : Jurnal Pendidikan Islam Vol. 6, No.1, Juni 2020, h. 40~45)
Kyai Hasyim is known as a figure who is hungry for religious knowledge (Islam). To treat his thirst, Kyai Hasyim traveled various famous places in Java at that time. Not only that, the cleric Hasyim also spent a long time to explore Islam in the holy land (Mecca and Medina). It can be given, Kyai Hasyim is among the santri who are really serious about Javanese philosophy, “luru ilmu kanti lelaku” (seeking knowledge by wandering) or wandering students.
5. Uswatun Khasanah, Genealogi Pemikiran Pendidikan KH. Hasyim Asy’ari, (Analisis: Jurnal Studi Keislaman, Volume 19. No. 1, Juni 2019, h. 1-26)
Problem utama pendidikan saat ini adalah rendahnya moralitas dan tumpulnya rasionalitas. Problem moralitas sekaligus rasionalitas ini mendorong peneliti untuk menelaah pemikiran Hasyim Asy’ari sebagai pemikir yang memiliki kepedulian besar terhadap pendidikan dan moralitas ummat. Tokoh bergelar Hadratush Syaikh ini banyak menuangkan pemikirannya melalui kitab klasik yang diajarkan pada pesantren salaf. Salah satu karyanya yang fenomenal adalah kitab Adab al-‘Alim wa Muta’allim. Artikel ini bertujuan mengeksplorasi silsilah pemikiran Hasyim Asy’ari dalam konteks pemikiran pendidikan. Metode yang digunkan yaitu Kajian analisis historis. Penelitian ini menghasilkan tiga temuan; pertama, genealogi pemikiran pendidikan Hasyim Asy’ari dibentuk oleh sentuhan pemikiran ulama-ulama secara langsung membentuk pandangan keagamaan Hasyim Asy’ari seperti pemikiran Khalil Bangkalan, Nawawi alBantani, Mahfudz at-Tirmisi dan Khatib Minangkabawi; kedua, relasi pemikiran pendidikan Hasyim Asy’ari dipengaruhi oleh pemikiran ulama klasik abad pertengahan (tradisionalisme) tepatnya oleh pemikiran al-Ghazali dan al-Zarnuji; dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam menuntut ilmu penting untuk selektif dalam mencari guru. karena seorang ilmuan yang baik tidak lepas dari bimbingan para guru yang baik pula.
6. Siswoyo Aris Munandar dan Rinda Khoirunnisfa, KH Hasyim Asy'ari and the Teacher Code of Ethics: Thought Study KH. Hasyim Asy’ari on Ethics Education and Its Relevance to Modern Education in Indonesia, (Jurnal Evaluasi , 4 (1), Maret 2020, Homepage : http://e-journal.staima-alhikam.ac.id/index.php/evaluasi)
Dari hasil penelitian menghasilkan kesimpulan, 1) Untuk mendeskripsikan relevansi etika guru dalam pendidikan Islam menurut KH.Hasyim Asy’ari dengan kode etik guru di indonesia. 2). Untuk mendeskripsikan pemikiran KH. Hasyim Asy’ari pendidikan Islam dan Etika guru terhadap murid. (3). sumber tujuan pemikiran pendidikan menurut KH. Hasyim Asy’ari adalah memanusiakan pada posisinya sebagai ciptaan yang melahirkan kesadaran untuk melakukan hak dan kewajibannya kepada Tuhan pencipta manusia, inilah yang menjadi embrio lahirnya pendidikan karakter.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar