Selasa, 01 Februari 2022

Mengapa Ikut Program Pendidikan Guru Penggerak?

Mengapa Ikut Program Pendidikan Guru Penggerak?

Mengapa Ikut Program Pendidikan Guru Penggerak?

Mengapa ikut bergabung pada program pendidikan guru penggerak (PGP), menurut penulis adalah pertanyaan yang perlu dijawab oleh setiap guru. Dengan bertanya seperti itu dan sekaligus mencari jawabannya, sebagai alasan bagi guru tersebut agar terbangun motivasi intrinsik yang kuat. Kalau pertanyaan ini bisa terjawab, maka langkah berikutnya bagaimana cara mendaftarnya, bagaimana agar bisa lolos seleksi program guru penggerak dan pertanyaan how lainnya akan terjawab dengan sendirinya secara alamiah.

Dalam Quantum Teaching dikenal adanya pertanyaaan AMBAK atau Apa Manfaatnya Bagiku? Dengan memulai AMBAK ini, setiap orang bisa murid atau siswa atau siapa saja mencoba untuk membangkitkan semangat bahwa apa yang dilakukan memang memiliki manfaat buat dirinya. 

Kalau Johannes Lim menuliskan No Pain, No Gain. Kalau diterjemahkan satu per satu diartikan Tak Ada Sakit, Tak Ada Keuntungan. Atau lebih alamiah lagi diartikan dengan tidak ada pengorbanan, tidak ada hasil atau Tak ada keberhasilan tanpa usaha. Intinya bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian. 

No Pain, No Gain ini pun cukup relevan. Karena memang program pendidikan guru penggerak ini menjadi kawah candradimuka bagi guru-guru agar lahir menjadi bayi "yang sehat" dan "kuat" buat melakukan tranformasi di dunia pendidikan dengan lebih cepat. Ibaratnya transformator, para guru penggerak ini akan menjadi tranformator step-up dengan efisiensi yang sangat tinggi atau nyaris ideal. Dan memang tidak mudah mencapainya. Karena dibutuhkan waktu 6 bulan (sebelumnya 9 bulan), dengan jam pembelajaran yang ditempuh sebanyak 306 JPL. Istimewa bukan? Saya sendiri seumur hidup belum pernah menempuh diklat atau kegiatan apapun dengan jumlah jam sebesar itu.

Teori kebutuhan Maslow, juga sangat relevan untuk membangun motivasi para guru agar bergabung dengan program pendidikan guru penggerak ini.  Menurut Maslow, kebutuhan manusia meliputi : (1) kebutuhan fisiologis (Physiological Needs), (2) kebutuhan akan rasa aman (Safety/Security Needs), (3)  kebutuhan akan rasa memiliki dan kasih sayang (Social Needs), (4)  kebutuhan akan penghargaan (Esteem Needs), dan (5) kebutuhan aktualisasi diri (Self-actualization Needs). 

Kebutuhan 1 - 4 bersifat kebutuhan defisiensi (deficiency needs). Jika kebutuhan ini telah terpenuhi maka motivasinya akan berkurang untuk mencapainya. Berbeda dengan aktualisasi diri yang merupakan kebutuhan perkembangan (growth needs). Kebutuhan aktualisasi diri ini tidak ada batasannya. Misalnya guru yang belajar sebagai kebutuhan aktualisasi diri maka akan terus belajar tiada henti. Keberhasilan yang dicapai akan menjadi pemicu semangat bagi keberhasilan selanjutnya. Beda jika misalnya belajar untuk memenuhi kebutuhan mendapat penghargaan atau sosial atau bahkan rasa aman saja. Ketika mendapatkannya, maka ya sudah akan terpuaskan. 

Jadi, dengan bersandar pada teori Maslow ini perlu menjadikan kegiatan mengikuti program pendidikan guru penggerak ini sebagai bentuk aktualisasi diri agar menjadi guru yang tergerak, bergerak, dan menggerakkan. Guru yang akan terus belajar agar bisa mengajar dengan lebih baik. Guru yang berusaha menjadikan dirinya harus terus bermanfaat bagi kehidupan orang lain. Guru yang bisa menanggalkan "egonya" dari berbagai zona kenyamanan. Guru yang sudah selesai dengan dirinya sendiri dan siap melakukan berbagai perubahan. Begitu seterusnya tak ada habisnya. 

Terakhir, seorang guru yang ingin ikut bergabung di program guru penggerak ini juga dapat memulai dengan pertanyaan apa saja sih yang akan didapatkan pada kegiatan pelatihan dan pendampingan program ini.

Dalam laman guru penggerak disebutkan  guru Penggerak ini merupakan pemimpin pembelajaran yang mendorong tumbuh kembang murid secara holistik. Guru penggerak ini harus aktif dan proaktif dalam mengembangkan pendidik lainnya untuk mengimplementasikan pembelajaran yang berpusat kepada murid. Guru penggerak ini harus mampu menjadi teladan dan agen transformasi ekosistem pendidikan untuk mewujudkan profil Pelajar Pancasila.

Untuk menjadi guru penggerak tersebut, guru harus mengikuti pendidikan guru penggerak selama 6 bulan (sebelumnya 9 bulan). Pada saat mengikuti program pendidikan ini, peserta yang lolos akan mendapatkan : 

  1. Pendidikan Guru Penggerak selama 6 bulan dan pengembangan kompetensi dalam Lokakarya Bersama
  2. Peningkatkan kompetensi sebagai pemimpin pembelajaran yang berpusat pada murid
  3. Pengalaman belajar mandiri dan kelompok terbimbing, terstuktur, dan menyenangkan
  4. Pengalaman belajar bersama dengan rekan guru lain yang sama-sama lolos seleksi program guru penggerak
  5. Pengalaman mendapatkan bimbingan/mentoring dari pengajar praktik (pendamping) pendidikan guru penggerak
  6. Mendapatkan komunitas belajar baru
  7. Mendapatkan sertifikat pendidikan 306 JP dan Piagam Guru Penggerak

Selama pelaksanaan peserta program guru penggerak ini juga akan mendapatkan dukungan sebagai berikut.

  1. Selama pendidikan dan pendampingan mendapatkan bantuan paket data untuk pelatihan daring (online)
  2. Biaya transportasi, konsumsi, dan akomodasi jika diperlukan utk pelaksanaan Lokakarya (sesuai kebutuhan).
Salah satu guru penggerak yang kukenal, mengatakan bahwa dengan mengikuti guru penggerak ini selain mendapatkan materi-materi dalam kurikulum guru penggerak juga mendapatkan banyak pengetahuan dan pengalaman baru lainnya yang sangat mendukung menyelesaikan berbagai permasalahan yang dihadapinya khususnya dalam menghadapi pembelajaran saat pandemi kemarin. Akhirnya, sebuah kesadaran baru muncul untuk menjadi lebih peka terhadap permasalahan sekolah, bukan sekedar sibuk dengan dirinya sendiri atau kelas yang diajarnya saja. 

Ada hal yang menarik, karena terbiasa dengan penggunaan LMS, maka  mereka secara alamiah mengalami peningkatan yang signifikan dalam penggunaan IT. Bukan sekedar level substitusi dalam SAMR, tetapi terus meningkat. Misalnya terbiasa mengintegrasikan jamboard, mentimeter, paddlet, canva untuk membuat berbagai produk/tugas, blog, bahkan sampai melakukan pameran virtual berbasis youtube, google site dan lainnya. Intinya, banyak hal yang didapat selain apa yang dipaparkan di atas.

Ada pendapat yang mengatakan bahwa cukup sebuah alasan untuk melakukan sesuatu dan butuh beribu-ribu alasan untuk menghindari sesuatu.

Bagaimana menurut Bapak/Ibu guru semua?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Daftar Blog Saya

Comments

Postingan Acak

Pengikut

Back To Top