Kamis, 23 Januari 2025

Relevansi Deep Learning dalam Kurikulum Merdeka

Relevansi Deep Learning dalam Kurikulum Merdeka


Deep learning atau pembelajaran mendalam menjadi salah satu trend baru di dunia pendidikan Indonesia. Setelah menyimak beberapa wacana yang berkembang seperti adanya mindful, meaningful dan joyful learning. Untuk mengetahui secara lebih mendalam kudapatkan beberapa referensi seperti yang ditulis oleh Jay McTighe dan Harvey F Silver yang berjudul Teaching for Deeper Learning : Tools to Engage Students in Meaning Making.

Beberapa waktu selanjutnya, dipublish  paparan mengenai Pembelajaran Mendalam : Transformasi Pembelajaran menuju Pendidikan Bermutu untuk Semua. Dalam paparan tersebut dijabarkan pengantar, landasan, kerangka kerja, strategi implementasi serta rekomendasi. Salah satu yang menarik dari paparan tersebut adanya kerangka kerja pembelajaran mendalam seperti ditunjukkan gambar berikut.
Kerangka Kerja Pembelajaran Mendalam dari Kemdikdasmen (Januari, 2025)

Kerangka kerja tersebut yang mirip dengan kerangka kerja dari Fullan, McEachen, dan Quinn  dalam bukunya yang berjudul Deep Learning : Engage The World Change The World.

Hal yang menarik  sub judul dari paparan maupun judul buku tersebut, yakni 
Transformasi Pembelajaran menuju Pendidikan Bermutu untuk Semua dari kemdikdasmen,  maupun Engage The World Change The World dari Fullan maupun  Tools to Engage Students in Meaning Making dari McTighe. 

Tidak berhenti di 3 Full
Hal yang menarik, dengan adanya deep learning ini, maka muncul juga tren meaningful, mindful dan joyful learning. Tentunya tidak berhenti berkutat di 3 full tersebut atau sekedar mewujudkan 8 kompetensi kelulusan yang ada tetapi bagaimana benar-benar mewujudkan transformasi pembelajaran untuk menuju pendidikan bermutu. 

Demikian juga, dengan 6 kompetensi global seperti yang dikemukakan oleh Fullan benar-benar mampu membuat peserta didik memiliki interaksi/keterlibatan yang lebih sehingga bisa mengubah dunia. Hal yang masuk akal, ketika Fullan menambahkan adanya kompetensi kewarganegaraan (citizen)  dan karakter sehingga tidak berhenti pada 4 C sebagai kompetensi abad 21. Atau dengan judul bukunya McTighe to make meaning. Pengetahuan tidak berhenti di pengetahuan tetapi memberikan manfaat baik bagi diri sendiri maupun masyarakat bahkan sampai level global.

Kaitannya dengan P5 dalam Kurikulum Merdeka  
Ketika membahas P5, maka akan menjadi "deep learning", ketika memang benar-benar projek peserta didik yang berangkat dari kesadaran diri (mindful), bermakna (meaningful) serta menyenangkan (joyful). Adanya kesadaran diri untuk peka dengan permasalahan di sekolah maupun lingkungannya, belajar tidak berhenti pada pengetahuan semata tetapi ada manfaat yang didapat, dan tentunya apa yang dilakukan sebagai passion.

Misalnya, ada fenomena banyaknya sampah maka peserta didik akan tersadarkan untuk mengatasi masalah tersebut. Peserta didik atau siswa bukan sekedar mendapatkan instruksi dalam penanganan sampah tersebut. Apalagi hanya sekedar mendapatkan pengetahuan tentang penanganan sampah. 

Bisa jadi, ada ada siswa yang piawai membuat puisi akan membuat karya tentang kesadaran menjaga kebersihan maupun permasalahan lingkungan lainnya. Di sini pengetahuan apapun yang dimiliki peserta benar-benar diterapkan untuk menyelesaikan berbagai permasalahan.

Dari sisi lain, 4C sebagai kompetensi abad 21 ini, tidak berhenti juga menjadi sekedar kompetensi tetapi memang menjadi pondasi dasar untuk how to engage the world change the world. 

Jadi, deep learning ini jika diterapkan sesuai konsep yang sebenarnya akan sangat relevan dengan kurikulum merdeka. Bukan sekedar siswa belajar mendapatkan berbagai pengetahuan dan keterampilan, tetapi bagaimana menjadikan mereka memiliki karakter dalam kontek profil Pancasila maupun kompetensi kelulusan secara umum. 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Daftar Blog Saya

Comments

Postingan Acak

Pengikut

Back To Top