Minggu, 14 Februari 2021

Penilaian Sekolah Yang Memerdekakan

Penilaian Sekolah yang Memerdekakan

Ujian Sekolah

Penilaian (asesmen)  yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan/sekolah bertujuan untuk mengetahui ketercapaian peserta didik yang meliputi aspek sikap, pengetahuan, ketrampilan. Penilaian/evaluasi/ujian yang dilakukan meliputi Penilaian Akhir Semester (PAS), Penilaian Akhir Tahun (PAT), dan Ujian Sekolah (US). PAS sebagai dasar untuk mengisi laporan belajar siswa, PAT sebagai salah satu pertimbangan untuk syarat kenaikan kelas, serta Ujian Sekolah sebagai salah satu pertimbangan untuk menentukan kelulusan.

Seiring dengan kebijakan merdeka belajar, berbagai jenis penilaian/ujian yang diselenggarakan sekolah harusnya selaras dengan kebijakan tersebut. Bagaimana sih bentuk penilaian yang memerdekakan? Apakah memerdekakan dengan menghilangkan segala jenis ulangan harian, penilaian akhir semester, penilaian akhir tahun maupun  ujian sekolah? Jika iya. Apakah yang dimerdekakan? Jika tidak, bagaimana membuat berbagai penilaian itu sebagai bentuk kemerdekaan bagi siswa?

Merdeka belajar dapat diartikan sebagai kegiatan pembelajaran yang nyaman dan membahagiakan bagi peserta didik untuk mengoptimalkan berbagai potensinya tanpa tekanan apapun. 

Kegiatan merdeka belajar ini diawali dengan proses rekruitmen dalam bentuk PPDB sistem zonasi, perencanaan pembelajaran (RPP yang disederhanakan) serta tentunya dalam kegiatan pembelajarannya. Kegiatan pembelajaran ini diawali dengan penentuan target/tujuan/indikator yang akan dicapai, proses pembelajaran, sampai penilaian. Bahkan siswa pun diminta melakukan penilaian terhadap gurunya sebagai bentuk refleksi mengenai apa yang dipelajari pada hari itu sampai seberapa puas mereka mendapatkan "layanan" dari gurunya. Beranikah?

Siswa dapat dilibatkan untuk membicarakan target/tujuan pembelajaran, bagaimana mencapai target tersebut, bahkan sampai jenis asesmen atau penilaian yang akan diujikan. Hal ini bukanlah ide yang mengada-ada, tetapi demi mewujudkan pendidikan yang memerdekakan. Ketika proses pembelajaran masih menjadi hal yang tidak menyenangkan atau penilaian/ujian dianggap sebagai hal yang menakutkan maka pasti ada yang keliru dalam konsep maupun pelaksanaanya.

Asesmen atau penilaian tetap dilakukan untuk memerdekakan siswa.

Postingan ini akan fokus ke arah itu. Penilaian bukanlah bentuk mencederai makna merdeka belajar. Ujian yang dilakukan sekolah apapun bentuknya sebagai kesempatan bagi siswa untuk mengekspolari dirinya, sebagai wadah untuk berekspresi serta membuktikan segala kemampuan yang dimilikinya selama mengikuti pembelajaran. Penilaian ini juga sebagai wadah bagi guru untuk terus berkreasi dan berinovasi dalam menilai peserta didik. Bukan hanya siswa yang merdeka, tetapi gurunya pun merdeka menggunakan berbagai bentuk penilaian berdasarkan analisis kebutuhan serta tujuan yang ingin dicapai.

Dalam modul Inspirasi Contoh Soal Ujian yang Diselenggarakan oleh Satuan Pendidikan dijelaskan secara gamblang beserta contoh-contoh bentuk soal ujian untuk tiap-tiap mata pelajaran. Secara ringkasnya bentuk soal ujian tersebut meliputi penilaian portofolio, tugas proyek, tugas produk, tes praktik, tes kinerja, tes tertulis, tes lisan, maupun pameran.

Dengan berbagai jenis penilaian tersebut guru akan lebih leluasa memilih jenis penilaian sesuai dengan kondisi peserta didik. Sebaliknya peserta didik dengan kecenderungan apapun bisa mengikuti penilaian/ujian yang diberikan oleh sekolah. Apakah sesederhana itu? 

Penilaian yang memerdekakan ini bisa mengacu pada hal-hal berikut :
1. Guru bisa memberi kesempatan pada siswa untuk menentukan jenis penilaiannya, yang penting tujuan dan indikatornya jelas. 

Misalnya materi mengenai pembuatan puisi. Seorang guru bisa mengawali dengan pertanyaan "Anak-anak, hari ini kita akan belajar  membuat puisi. Kira-kira apa yang bisa dilakukan agar kalian bisa membuat puisi?"
Saat menanyakan hal tersebut sangat mungkin jawaban anak bervariasi. Ada yang bilang dengan membaca berbagai puisi yang ada di berbagai media atau mencari puisi para sastrawa. Atau juga ada ada yang bilang dengan praktik langsung membuat puisi. Atau membaca teori membuat puisi entah lewat buku, blog/web atau youtube Atau dengan cara dibimbing oleh gurunya. 

Dari jawaban yang bervariasi tersebut guru bisa mendapatkan gambaran bagaimana cara belajar yang diinginkan siswa sehingga penilaiannya pun bisa bervariasi. Misalnya ada yang ingin menuliskannya di buku/kertas, blog pribadi, maupun lewat media sosial. Puisinya pun bisa dituangkan dalam bentuk tulisan, gambar/ilustrasi/foto, animasi/video maupun kombinasinya. Sehingga konten yang diperoleh dalam 1 kelas pun bisa bervariasi dan bisa menjadi rujukan bagi siswa lain. 


2. Guru membimbing siswa untuk dapat menyelesaikan penilaiannya. 

Misalkan penilaian dilakukan melalui pembuatan video. Siswa benar-benar dipastikan bisa caranya membuat video. Baik dengan memberikan tutorial dalam bentuk digital (berbentuk presentasi, video, atau e-book), bentuk print out, diajari langsung atau kombinasi ketiga cara itu.

Dalam melakukan pembimbingan ini menyesuaikan kondisi siswa apalagi di era pandemi. Siswa yang tidak memiliki hp/laptop, tidak memiliki kuota, keterbatasan sinyal semua mendapatkan pelayanan dengan maksimal. Siswa yang memiliki kemampuan dan motivasi yang bervariasi bisa disikapi oleh guru dengan memadukan kemampuan mentoring maupun coaching. Siswa yang kemampuan teknisnya kurang bisa diajari secara langsung. Sedangkan siswa yang sebenarnya mampu tetapi motivasinya berkurang bisa ditemani dengan membuat target bersama-sama. Sehingga tidak ada alasan siswa tidak mengerjakan tugas atau menyelesaikan ujian karena tidak memahami caranya atau tak termotivasi.


3. Pelibatan keluarga dalam penilaian sekolah

Di era pandemi ini, peran orang tua dalam membantu siswa untuk menyelesaikan berbagai tugas ataupun penilaian yang lain. 

Saya belajar dari teman guru di Cilacap, dalam membuat tugas untuk siswanya melibatkan orang tua secara langsung. Saat belajar teks prosedur siswa bincang-bincang dengan orang tuanya apa saja terkait dengan materi tersebut. Misalnya cara menaman, cara memasak, cara membuat SIM, cara membayar pajak, cara memanaskan motor/mobil dan lainnya. Di sini siswa bertugas menuliskan hasil bincang-bincang/diskusinya sesuai dengan ketentuan penulisan teks prosedur tersebut.

Terkait dengan literasi, siswa juga dapat menjelaskan materi yang didapatkan di sekolah bahkan buku yang dibacanya kepada orang tua, kakak atau adiknya di rumah. Orang tua bisa menyambung dengan bertanya atau berdiskusi atau pun sebatas mendengar. Apapun yang dilakukan oleh orang tua selalu ada perannya. 


4. Penilaian yang berbasis tertulis tidak melulu pada pilihan ganda maupun isian singkat tetapi bentuk-bentuk soal lain seperti benar-salah, pilihan ganda kompleks, drag and drop, dan lainnya dengan berbagai stimulus. Stimulus multi teks seperti gambar, diagram, grafik, infografis video dan kombinasinya.


5. ..... masih berlanjut atau tolong tambahkan ide


Kesimpulannya 

"Asesmen atau penilaian yang dilakukan oleh sekolah dalam rangka memerdekakan siswa yang meliputi penilaian dalam ranah sikap, pengetahuan, dan ketrampilan."







Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Daftar Blog Saya

Comments

Postingan Acak

Pengikut

Back To Top